Rabu, 07 Desember 2011

MASTITIS

MASTITIS 
Peradangan payudara adalah suatu hal yang sangat biasa pada wanita yang pernah hamil, malahan dalam praktek sehari-hari yang tidak hamil pun kadang-kadang kita temukan mastitis. Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi. Penyakit ini merupakan komplikasi antepartum yang jarang namun terkadang ditemui pada masa nifas dan menyusui. Infeksi hampir selalu unilateral dan pembengkakan biasanya mendahului inflamasi, yang tanda pertamanya adalah menggigil atau rasa kaku, dan segera diikuti oleh demam, payudara menjadi keras dan memerah, bengkak, nyeri, sumbatan saluran susu, dan puting ibu lecet. 

Mastitis lazim dibagi dalam mastitis gravidarum dan mastitis puerperalis, karena memang penyakit ini boleh dikatakan hampir selalu timbul pada waktu hamil atau laktasi. Mastitis paling sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga setelah melahirkan dengan gejala ibu demam seperti influenza. Pada umumnya dianggap porte d’ entree dari kuman penyebab ialah puting susu yang luka atau lecet, dan kuman per kontinuitatum menjalar ke duktulis-duktulus dan sinus. Sebagian besar yang ditemukan pada pembiakan pus ialah stafilokokus aureus. Tingkat penyakit ini ada dua, yakni tingkat awal peradangan dan tingkat abses. Pada peradangan taraf permulaan penderita hanya merasa nyeri setempat.


   
PENYEBAB MASTITIS
  1. Bayi tidak  mau menyusu sehingga ASI tidak diberikan secara adekuat yang akan menyebabkan mastitis  jika tidak segera ditangani.
  2. Lecet pada puting susu yang menyebabkan kuman staphylococcus aureus masuk      menyebabkan infeksi mastitis
  3. Personal higiene ibu kurang, terutama pada puting susu 
  4. Bendungan air susu yang tidak adekuat di tangani sehingga menyebabkan mastitis (Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, 2001)

Ada dua penyebab mastitis, yaitu statis ASI dan infeksi. Statis ASI merupakan penyebab primer yang nantinya dapat berkembang menjadi infeksi.

1. Statis ASI

Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara. Penyebabnya termasuk kenyutan bayi yang buruk pada payudara, pengisapan yang tidak efektif, sumbatan pada saluran ASI
  
Kenyutan pada payudara 
Kenyutan yang buruk adalah penyebab pengeluaran ASI yang tidak efisien. Sehingga dapat menyebabkan putting pecah-pecah dan nyeri pada puting. Nyeri pada puting akan menyebabkan ibu menghindar untuk menyusui pada payudara yang sakit.

 Sisi yang disukai dan pengisapan yang efisien
Banyak ibu merasa lebih mudah untuk menyusui bayinya pada satu sisi payudara dibandingkan dengan payudara yang lain. Selain itu telah dinyatakan bahwa kenyutan yang tidak tepat yang menyebabkan statis ASI dan mastitis lebih mungkin terjadi pada sisi payudara yang lebih sulit untuk menyusui. Tetapi, 78 % kasus mastitis terjadi pada payudara yang berlawanan dengan sisi yang disukai ibu untuk menyusui.

Faktor mekanisme lain

  •  frenulum yang pendek                                                                                                                   dapat mengganggu kenyutan pada payudara, dan menyebabkan putting luka dan pecah-pecah.
  • penggunaan Dot atau botol                                                                                                          penggunaan dot juga berkaitan dengan kenyutan yang tidak tepat pada payudara. Dot juga mengganggu pengeluaran ASI.

2. Infeksi

Organisme penyebab infeksi ini antara lain : Staphylococcus aureus, Staphylococcus albus, Escherichia coli dan Streptococcus. 

 Mastitis puerperalis epidemic
Mastitis epidemic dianggap sebagai penyakit yang didapat dari rumah sakit yang biasanya diakibatkan karena strain Staphylococcus aureus. Biasanya bayi terinfeksi setelah berkontak dengan perawat yang terkontaminasi koloni bakteri. Tangan perawat adalah sumber utama kontaminasi pada bayi. Sekarang, penyakit ini lebih jarang karena kemajuan antibiotic dan penggunaan bakterisida yang lebih kuat untuk membersihkan rumah sakit.

TANDA DAN GEJALA
  1. Payudara bengkak, terlihat membesar
  2. Teraba keras dan benjol-benjol
  3. Nyeri pada payudara
  4. Merasa lesu
  5. Suhu badan meningkat, suhu lebih dari 38˚C  ( asuhann Persalinan Normal, 2007 : 104)

FAKTOR PREDISPOSISI

Ada beberapa factor yang diduga dapat meningkatkan resiko mastitis
  •  Umur. Sebuah studi retrospektif menunjukkan bahwa wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis daripada wanita dibawah usia 21 tahun dan diatas 35 tahun
  • Paritas. Yaitu pada primipara 
  •    Serangan sebelumnya. Terdapat bukti yang kuat bahwa serangan mastitis pertama cenderung untuk berulang. Hal ono adalah akibat dari teknik menyusui yang buruk dan tidak diperbaiki
  • Melahirkan. Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis walaupun penggunaan oksitosin tidak meningkatkan risiko.
  • Gizi. Gizi yang buruk khususnya mikronutrien yang buruk dapat meningkatkan risiko mastitis. Uji coba suplementasi mikronutrien di Tanzania menemukan bahwa minyak bunga matahari yang kaya vitamin E mengurangi tanda inflamasi payudara, walaupun vitamin A dari minyak kelapa merah tidak.
  • Faktor kekebalan dalam ASI. Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan dalam payudara. Studi di Gambia menyatakan bahwa kadar factor ini rendah, pertahanan efektif dapat berkurang, dan risiko mastitis berulang meningkat.
  • Pekerjaan di luar rumah. Dalam studi retrospektif tahun 1991 oleh Kaufmann dan Foxman menemukan bahwa bekerja diluar rumah berkaitan dengan peningkatan risiko mastitis. Penjelasan yang diajukan adalah akibat statis ASI karena interval antar menyusui yang panjang dan kekurangan waktu untuk pengeluaran ASI yang adekuat.
  • Trauma. Trauma pada payudara karena beberapa penyebab dapat merusak jaringan kelenjar dan saluran susu yang dapat mengakibatkan mastitis. Contohnya adalah kekerasan dalam rumah tangga.

Patologi dan gambaran klinis
1.      Mastitis noninfeksiosa

Sitokin, baik inflamasi dan antiinflamasi normal ditemikan dalam ASI. Sitokin antiinflamasi dan factor-faktor lain diduga merupakan pelindung bayi, tetapi sitokin inflamasi, seperti interleukin-8 mungkin lebih penting sebagai pelindung payudara terhadap infeksi. Inflamasi juga bertanggung jawab terhadap tanda dan gejala mastitis.Sebagian payudara sangat nyeri, merah, membengkak, dank keras. Biasanya    hanya satu pauidara yang terkena. Wanita sering demam dan merasa tidak sehat.


2.      Mastitis subklinis
      Mastitis subklinis di diagnosis dari adanya peningkatan rasio natrium-kalium dalam     ASI. Mastitis subklinis sering ditemukan pada wanita di Bangladesh, Tanzania, Malawi, dan Afrika Selatan. Peningkatan rasio natrium-kalium dalam ASI juga telah diamati berhubungan dengan pertambahan berat badan yang buruk pada bayi, dan bila      makanan tambahan yang diberikan pada bayi, atau bila frekuensi menyusui berkurang,sehingga produksi ASI sangat berkurang sampai dibawah 400 ml perhari. Hal ini menunjukkan bahwa mastitis subklinis dapat disertai dengan pengeluaran ASI yang tidak adekuat.

3.      Mastitis infeksiosa

Mastitis infeksi terjadi bila stasis ASI tidak sembuh, dan proteksi oleh factor imun dalam ASI oleh respon inflamasi kalah. Aliran ASI alami sepanjang saluran payudara    bila dikeluarkan secara efisien diharapkan akan menghanyutkan bakteri keluar dari payudara. Pengeluaran ASI yang tidak efisien, yang menyebabkan akumulasi ASI,      membuat suatu keadaan yang kondusif untuk pertumbuhan bakteri, dan proses        antiinfeksi dapat kalah. Mastitis berulang dapat diakibatkan oleh pengobatan yang terlambat atau tidak adekuat terhadap kondisi awal atau tekhnik menyusui yang buruk    yang tidak diperbaiki

PENCEGAHAN
 Mastitis dan abses payudara sangat mudah dicegahbila menyusui dilakukan dengan baik sejak awal untuk mencegah keadaan yang meningkatkan stasis ASI. Dan bila tanda dini seperti bendungan, sumbatan saluran payudara dan nyeri putting susu diobati dengan cepat. Berikut ini ada beberapa pencegahan mastitis, antara lain 
1. Perbaikan pemahaman penetalaksanaan menyusui
           Wanita dan orang-orang yang merawatnya perlu memahami hal-hal berikut :
-          penggunaan dot
-          pemberian makanan dan minuman pada bayi terutama dari botol
-          tindakan melepaskan bayi dari payudara sebelum ia menghisap payudara yang lain
-          kerja yang berat
-          kealpaan menyusui, termasuk bila bayi mulai tidur sepanjang malam
-          trauma pada payudara

2. Tindakan rutin sebagai bagian perawatan kehamilan
- bayi harus mendapat kontak dini dengan ibunya
- bayi tidur bersama dengan ibunya
- ibu harus mendapat bantuan dan dukungan terlatih dalam teknik menyusui
- setiap ibu harus didorong untuk menyusui
- setiap ibu harus memahami betapa pentingnya menyusui bayinya
- bila ibu dirawat di RS, ia memerlukan bantuan yang terlatih saat menyusui
   pertama kali
- bila ibu berada di rumah, ibu memerlukan bantuan yang terlatih selama hari
   pertama setelah persalinan

3. Penatalaksanaan yang efektif pada payudara yang penuh dan kencang
  • ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan sesering mungkin oleh bayinya
  • ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi    menghendaki tanpa batas
  • bila isapan bayi tidak cukup mengurangi rasa penuh dan kencang pada payudara, atau bila puting     susunya tertarik sampai rata sehingga bayi sulit mengenyut, ibu harus memeras ASI nya  
  •  pemerasan dapat dilakukan dengan tangan atau pompa
  • setelah satu atau dua hari, kondisi ini harus sembuh dan suplai ASI dan kebutuhan bayi cocok satu sama lain

4. Perhatian dini terhadap semua tanda stasis ASI

   - beristirahat
   - sering menyusui pada payudara yang terkna
   - mengompres panas
   - memijat dengan lembut pada daerah benjolan
   - mencari pertolongan dari petugas kesehatan

5. Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain

Pengetahuan dan keterampilan tentang dukungan menyusui terus menerus harus tersedia di masyarakat, pada petugas kesehatan masyarakat, atau petugas konseling yang setara, dan wanita secara umum, sehingga wanita dapat saling membantu untuk mencegah berbagai kesulitan; dan bila timbul masalah, pengobatan yang adekuat dapat dimulai secara dini.

6. Pengendalian Infeksi
Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan sering. Petugas kesehatan harus mencuci tangannya setiap kali setelah kontak dengan ibu atau bayi.
CARA MELAKUKAN POST NATAL BREAST CARE
1. Siapkan alat
    a. Minyak atau baby oil
    b. Waslap 2 buah
    c. Air hangat
    d. Baskom
2. Cuci tangan
3. Melakukan pengurutan pada payudara ibu masing-masing 30 x selama 5 menit
Cara :
a. Pengurutan payudara (melingkar)
Kedua telapak tangan dari tempatkan diantara kedua payudara ke arah atas. Samping ke bawah dan melintang, sehingga tangan menyangga payudara
b. Pengurutan payudara (pangkal payudara)
1) Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan kanan saling di    rapatkan
2) Sisi kelingkin tangan kanan mengurut payudara kiri dan pangkal payudara,   demikian payudara kanan.
3) Pengurutan payudara dengan menggunakan air hangat dan dingin kompres payudara dengan air hangat terlebih dahulu kemudian air hangat selama 5 menit.
4) Cuci tangan
 
Penanganan

  1. konseling suportif
  2. pengeluaran ASI yang efektif
  3. terapi antibiotic
  4. pengobatan simtomatik

1. KONSELING SUPORTIF
Selain dengan penanganan yang efektif dan pengendalian nyeri, wanita membutuhkan dukungan emosional. Ibu harus diyakini kembali tentang nilai menyusui yang aman untuk diteruskan. Bahwa ASI dari payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya. Dan bahwa payudaranya akan kembali pulih. Ibu membutuhkan bimbingan yang jelas. Baik itu penanganannya, bagaimana meneruskan menyusui dan memeras ASI dari payudara yang terkena.


2. PENGELUARAN ASI DENGAN EFEKTIF
      Hal ini merupakan hal yang terpenting. Yaitu dengan cara :
-          Bantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudara
-          Dorong untuk sering menyusui
-          Bila perlu, peras ASI dengan tangan atau pompa


3. TERAPI ANTIBIOTIK
      Antibiotik Ī²- laktamase harus ditambahkan agar efektif terhadap Staphilococcus aureus. Untuk prganisme gram negative, sefaleksin atau amoksisilin mungkin paling tepat.

4. TERAPI SIMTOMATIK
      Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesik. Ibuprofen dipertimbangkan sebagai obat yang paling efektif, dan dapat membantu mengurangi inflamasi dan nyeri. Dan bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg peroral setiap 4 jam, berikam koaksilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari, eritromisin diberikan pada wanita yang sensitive terhadap penicillin, Istirahat yang cukup, makan makanan yang bergizi, tirah baring dengan bayinya sangat berguna untuk meningkatkan frekuensi menyusui sehingga dapat memperbaiki pengeluaran susu. Penggunaan kompres hangat pada payudara yang akan menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI, dan yakinkan pada ibu untuk banyak minum minimal 2 liter perhari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar